Senin, 01 Februari 2010

Bersama Anak Itu Asyik

Ayah Ibu, perhatikanlah di sekililing Anda. Apakah semua orang yang menikah itu diberikan dan dipercaya dititipkan anak oleh Allah? Atau apakah mereka langsung mendapatkan anak setelah menikah? Tentu tidak bukan? Sebagian pasangan akhirnya memutuskan untuk 'mengambil' anak orang lain atau mengambil di penitipan yatim piatu demi menghadirkan seorang manusia kecil di rumah bernama keluarga.

Maka, bersyukurlah Anda jika Anda ditakdirkan Allah termasuk orang-orang yang 'dipercaya' untuk dititipkan anak 'original' dari rahim Anda, dari darah daging suami dan Istri Anda sendiri.

Tapi Ayah Bunda, tak sedikit orangtua menantikan kelahiran anak, tapi setelah lahir anak-anak ini dijadikan 'yatim-piatu' padahal orangtuanya masih lengkap. Sebagian orangtua begitu sibuk mengejar kebebasan finasial demi 'masa depan' sementara anak-anak terabaikan. Setelah finansial didapatkan, ternyata anak-anaknya rusak tertelan lingkungan.

Saya sengaja menebalkan tulisan di atas. Setelah saya berkata-kata hal itu, mungkin di sebagian Anda berkecamuk pertanyaan: apakah berarti saya harus berhenti bekerja? Apakah berarti kemudian saya harus menyediakan waktu 24 jam untuk anak? Apakah berarti saya harus meninggalkan kegiatan sosial, amal dan dakwah saya, padahal saya diperlukan di masyarakat dan di kegiatan dakwah?

Ayah Bunda, saya ingin mengatakan kepada Anda: anak-anak sungguh tak butuh 24 jam waktu Anda! Bahkan saat mereka masih membutuhkan pengawasan lebih pun mereka tak menggunakan waktu 24 jam Anda semuanya. Saat mereka masih bayi misalnya, lihatlah, bukankah mereka lebih banyak tertidur? Anda dapat melakukan banyak hal saat mereka tertidur bukan? Apalagi setelah mereka beranjak remaja, mungkin Anda yang memohon-mohon pada mereka agar menyediakan waktu untuk Anda. Anda sesungguhnya memiliki banyak waktu jika pun Anda bersedia meluangkan waktu untuk bersama anak. (Baca tulisan sebelumnya "Bersama Anak Itu Asyik (1)" di sini: http://www.facebook.com/note.php?note_id=275484941194.

Mungkin sebagian Anda memiliki banyak peran dalam kehidupan Anda: pemimpin perusahaan, karyawan, seorang ayah, seorang ibu, kader sosial masyarakat atau kader dakwah. Saat Anda bersedia mengambil peran itu, maka tentu Anda akan bertanggung jawab terhadap peran-peran Anda tersebut. Demikian juga, saat Anda melahirkan Anda, sungguh seharusnya Anda akan sangat, sangat, sangat sadar bahwa Anda akan diminta untuk meluangkan waktu untuk mereka.

Aktif di kegiatan masyarakat itu baik dan mungkin jadi ladang amal kebaikan, bekerja di kantor demi anak dan istri itu baik dan adalah ladang amal, membantu meringakankan beban suami juga ladang amal, aktif di kegiatan sosial itu ladang amal, aktif di kegiatan masyarakat juga ladang amal, aktif di kegiatan dakwah adalah ladang amal, tapi ayah Bunda, anak pun ladang amal!

Jangan sampai beramal dan dakwah kepada banyak orang, akibat anak tak dikelola dengan baik maka anak menjadi penghambat kegiatan sosial dan dakwah! Anak-anak diabaikan dengan alasan sibuk! Akhirnya tak sedikit orangtua ini dipuja dan dipuji masyarakat tapi mereka tak hadir dalam hati anak-anaknya.

Rasulullah yang dijamin masuk surga, kader Allah yang shalih, pulang perang saja menyediakan waktu untuk anak (cucu). Apalagi kita yang masuk surga saja belum tentu, kok berani-beraninya ngaku sangat sibuk dan tak mau meluangkan waktu untuk anak.

Jika tak mau meluangkan waktu untuk ayah bunda, pleaseeee jangan berani-beraninya lahirkan anak! Tapi jika Anda mau meluangkan waktu untuk anak, sepuluh persen (10%) saja untuk anak Anda dari 24 jam hidup Anda BERSAMA ANAK dan bukan hanya di DEKAT ANAK, sungguh itu jauh lebih dari cukup untuk anak-anak Anda. Come on Ayah Bunda.... muliakan anak Anda agar mereka muliakan kehidupan!

Written By: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School

swooshdot.com