Jumat, 02 April 2010

TAS UNTUK PROMO


Sebuah Usaha atau Perusahaan dapat tumbuh dan berkembang besar, jika mempunyai pasar yang besar! salah satu alat untuk memperbesar pasar yaitu dengan metode promo dan marketing!

Bahkan seorang pakar marketing mengatakan, " Untuk merintis usaha dari 0, maka 75% konsentrasi daya dan finansial, terletak pada promosi!"

mengapa demikian? karena dengan promo yang tepat sasaran, maka usaha kita akan lebih ringan untuk kedepannya! "Branded" perusahaan kita akan lebih dikenal, maka Customer yang akan mencari kita dan bukan kita yang mencari Customer!
Banyak Orang kreatif dan Cerdas memulai Usahanya, tetapi akhirnya Kandas! kenapa demikian? karena kecerdasan dan kekreatifannya hanya terpaku/terkonsentrasi pada barang yang atau jasa yang dihasilkan saja. berbagai inovasi dapat ia buat, tetapi pasat tidak mengetahuinya! sehingga akhirnya terbengkalai.

banyak sekali media promo yang dapat kita pilih! contohnya dengan media Promosi Online
bukan kah pengguna internet kian hari menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Cara Promo yang lain yaitu dengan promo tak langsung! contohnya kita mencantumkan nama dan jenis usaha kita pada tas pembungkus nasi saat tasyakuran di rumah? atau kita coba menyumbangkan sebuah tas kain untuk acara sosial/keagamaan tertentu, tetapi di tas tersebut kita cantumkan nama, jenis dan alamat usaha kita. maka secara tidak langsung promo ini menjadikan tepat sasaran! Coba kunjungi http://wahliyarosa.co.cc
yang menyediakan berbagai pilihan tas promosi, tas nasi, tas seminar bahkan tas untuk ulang tahun.

seorang kenalan istri, tak sengaja telah mendapat 1000 order sandal pesanan, dari hasil promosi yang awalnya diremehkan!

coba kita belajar lebih mandiri, produktif, terus berkarya dan tak lupa juga selalu berpkir cerdas dalam mengenalkan produk usaha kita.

Selasa, 23 Februari 2010

Efek Negatif Video/Televisi Pada Bayi

Mungkin sekadar tambahan renungan, kenapa makin ke sini makin banyak anak yang mengalami gangguan konsentrasi, speech delay dll..

-------------------------------------------------------------------
(Bahkan Video yang diperuntukkan untuk bayi, ternyata punya efek buruk yang tersembunyi)

Saat ini banyak sekali video yang diperuntukkan untuk bayi dijual bebas di pasaran. Video-video tersebut berisi gambar-gambar lucu yang sangat disukai bayi. Jika dilihat isi dari video tersebut sangat bagus tetapi jika diteliti lebih dalam ternyata juga memiliki dampak buruk.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Pediatrics, anak yang masih berusia dibawah 2 tahun, harus dijauhkan dari televisi. Hal itu karena beberapa penelitian menunjukkan menonton televisi pada usia dini bisa memicu gangguan perhatian atau konsentrasi pada anak.

Saat anak diberikan tontonan video yang berisi gambar-gambar lucu memang bisa membuatnya lebih tenang. Tetapi ada dampak negatif di kemudian hari yang akan muncul pada anak, yaitu ia akan sulit diatur dan berkonsentrasi.

Meletakkan boks bayi juga sebaiknya jangan berdekatan dengan televisi. Hal itu untuk menghindari paparan sinar televisi yang bisa berdampak negatif pada penglihatan bayi yang masih sensitif.

Dengan fakta tersebut, bukan berarti sebagai orang tua Anda menjauhkan buah hati dari televisi. Tetapi batasi paparan televisi pada anak Anda karena efek negatifnya yang baru akan dirasakan pada kemudian hari. Usahakan saat buah hati menginjak 2 tahun, Anda baru memperkenalkan video-video edukasi.

Sebelum buah hati menginjak usia 2 tahun Anda bisa memberikannya permainan lain yang jauh lebih bermanfaat dan tidak memiliki dampak negatif. Seperti memainkan jari, bercerita menggunakan buku kain, atau menggunakan benda-benda lain disekitar yang aman bagi buah hati. (sumber: http://www.facebook.com/l/8a8f7;VIVAnews.com)

Selasa, 16 Februari 2010

Jangan jadikan anak yatim piatu

Jangan jadikan anak yatim piatu

Tak sedikit orangtua menantikan kelahiran anak, tapi setelah lahir anak-anak ini dijadikan 'yatim-piatu' padahal orangtuanya masih lengkap. Sebagian orangtua begitu sibuk mengejar kebebasan finasial demi 'masa depan' sementara anak-anak terabaikan. Setelah finansial didapatkan, ternyata anak-anaknya rusak tertelan lingkungan. (Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari)

Selasa, 09 Februari 2010

Kupu-kupu Rumah

"Anda harus tahan terhadap ulat jika ingin dapat melihat kupu-kupu. Sebagian anak balita sangat sabar menguji orangtua, karena itu jangan kalah sabar dengan anak untuk istiqomah bersabar menghadapinya. Meski melelahkan, ia berproses menuju kupu-kupu yang akan dinikmati kelak oleh para orangtuanya"

Senin, 01 Februari 2010

Bersama Anak Itu Asyik

Ayah Ibu, perhatikanlah di sekililing Anda. Apakah semua orang yang menikah itu diberikan dan dipercaya dititipkan anak oleh Allah? Atau apakah mereka langsung mendapatkan anak setelah menikah? Tentu tidak bukan? Sebagian pasangan akhirnya memutuskan untuk 'mengambil' anak orang lain atau mengambil di penitipan yatim piatu demi menghadirkan seorang manusia kecil di rumah bernama keluarga.

Maka, bersyukurlah Anda jika Anda ditakdirkan Allah termasuk orang-orang yang 'dipercaya' untuk dititipkan anak 'original' dari rahim Anda, dari darah daging suami dan Istri Anda sendiri.

Tapi Ayah Bunda, tak sedikit orangtua menantikan kelahiran anak, tapi setelah lahir anak-anak ini dijadikan 'yatim-piatu' padahal orangtuanya masih lengkap. Sebagian orangtua begitu sibuk mengejar kebebasan finasial demi 'masa depan' sementara anak-anak terabaikan. Setelah finansial didapatkan, ternyata anak-anaknya rusak tertelan lingkungan.

Saya sengaja menebalkan tulisan di atas. Setelah saya berkata-kata hal itu, mungkin di sebagian Anda berkecamuk pertanyaan: apakah berarti saya harus berhenti bekerja? Apakah berarti kemudian saya harus menyediakan waktu 24 jam untuk anak? Apakah berarti saya harus meninggalkan kegiatan sosial, amal dan dakwah saya, padahal saya diperlukan di masyarakat dan di kegiatan dakwah?

Ayah Bunda, saya ingin mengatakan kepada Anda: anak-anak sungguh tak butuh 24 jam waktu Anda! Bahkan saat mereka masih membutuhkan pengawasan lebih pun mereka tak menggunakan waktu 24 jam Anda semuanya. Saat mereka masih bayi misalnya, lihatlah, bukankah mereka lebih banyak tertidur? Anda dapat melakukan banyak hal saat mereka tertidur bukan? Apalagi setelah mereka beranjak remaja, mungkin Anda yang memohon-mohon pada mereka agar menyediakan waktu untuk Anda. Anda sesungguhnya memiliki banyak waktu jika pun Anda bersedia meluangkan waktu untuk bersama anak. (Baca tulisan sebelumnya "Bersama Anak Itu Asyik (1)" di sini: http://www.facebook.com/note.php?note_id=275484941194.

Mungkin sebagian Anda memiliki banyak peran dalam kehidupan Anda: pemimpin perusahaan, karyawan, seorang ayah, seorang ibu, kader sosial masyarakat atau kader dakwah. Saat Anda bersedia mengambil peran itu, maka tentu Anda akan bertanggung jawab terhadap peran-peran Anda tersebut. Demikian juga, saat Anda melahirkan Anda, sungguh seharusnya Anda akan sangat, sangat, sangat sadar bahwa Anda akan diminta untuk meluangkan waktu untuk mereka.

Aktif di kegiatan masyarakat itu baik dan mungkin jadi ladang amal kebaikan, bekerja di kantor demi anak dan istri itu baik dan adalah ladang amal, membantu meringakankan beban suami juga ladang amal, aktif di kegiatan sosial itu ladang amal, aktif di kegiatan masyarakat juga ladang amal, aktif di kegiatan dakwah adalah ladang amal, tapi ayah Bunda, anak pun ladang amal!

Jangan sampai beramal dan dakwah kepada banyak orang, akibat anak tak dikelola dengan baik maka anak menjadi penghambat kegiatan sosial dan dakwah! Anak-anak diabaikan dengan alasan sibuk! Akhirnya tak sedikit orangtua ini dipuja dan dipuji masyarakat tapi mereka tak hadir dalam hati anak-anaknya.

Rasulullah yang dijamin masuk surga, kader Allah yang shalih, pulang perang saja menyediakan waktu untuk anak (cucu). Apalagi kita yang masuk surga saja belum tentu, kok berani-beraninya ngaku sangat sibuk dan tak mau meluangkan waktu untuk anak.

Jika tak mau meluangkan waktu untuk ayah bunda, pleaseeee jangan berani-beraninya lahirkan anak! Tapi jika Anda mau meluangkan waktu untuk anak, sepuluh persen (10%) saja untuk anak Anda dari 24 jam hidup Anda BERSAMA ANAK dan bukan hanya di DEKAT ANAK, sungguh itu jauh lebih dari cukup untuk anak-anak Anda. Come on Ayah Bunda.... muliakan anak Anda agar mereka muliakan kehidupan!

Written By: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School

swooshdot.com

Senin, 25 Januari 2010

Management Keuangan Keluarga

Membaca buku managerial tentang keuangan, terlihat sangatlah mudah mengatur keuangan di rumah tangga itu! tetapi pada praktik kehidupan kita sehari-hari ternyata berbeda sekali dengan teori di buku tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sosial budaya dan latar belakang kehidupan kita.

Management keuangan, Ufh.....hal yang mudah dibaca tapi sangat susah difikirkan. Membuat banyak orang tertekan, marah, frustasi dan tak tentu arah!
management keuangan keluarga sangat ditentukan oleh pola atau gaya hidup kita, dan sering kali kita tidak pernah merasa bahwa gaya atau pola kehidupan kita membuat kita kian terpuruk!
pola kehidupan yang bingung antara kebutuhan primer, sekunder dan tersier!
kita mungkin tidak hidup mewah, tetapi kita hidup dalam pola dan gaya yang salah!

kata kunci kedua adalah syukur! itu yang perlu kita pelajari. syukur dalam kondisi tertekan dan serba merasa kurang sangat-sangat susah. syukur menjadi kata kunci, karena dengan syukur kita akan sadar diri akan kemampuan dan kondisi kita. tanpa melihat "embel-embel" kanan dan kiri, tanpa melihat "embel-embel" ingin sana dan sini, ini dan itu! yang kita fikirkan adalah "apakah kita butuh untuk melakukannya?"
"apakah kita butuh untuk membelinya?"
"sesuaikah kemampuan kita dengan keinginan dan bayangan kita?"

dan yang ketiga, coba kita cari peluang dan terus membacanya untuk terus berusaha dan mengoptimalkan daya yang ada. sehingga pendapatan kiat bisa lebih meningkat.

Senin, 18 Januari 2010

Apakah anda BOS bagi anak anda atau orang tua baginya?

Written By:
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School/Pendiri Program Sekolah Pengasuhan Anak (PSPA)

Ayah Bunda, dalam diri anak-anak Anda bisa jadi ada darah Anda. Hanya saja, tidak semua orangtua jadi orangtua sebenarnya untuk anak-anaknya, tapi hanya menjadi Bos Anak, yakni menjadi Bos di Rumah untuk anak-anaknya.

Bos Anak, membuat takut dalam diri anak-anaknya
Orangtua membangun kepercayaan anak-anak nya

Bos Anak sering mengatakan “Pokoknya Mama Papa Tidak Mau....”
Orangtua sering mengatakan “Mama Papa Sangat Senang Jika Kamu....”

Bos Anak sangat tahu bagaimana mengatur anak
Orangtua sangat tahu bagaimana membina anak

Bos Anak selalu mengendalikan anak
Orangtua membantu anak mengendalikan dirinya sendiri

Bos Anak berfokus pada keburukan anak
Orangtua berfokus pada kebaikan anak

Bos Anak bicara pada saat anak berantem
Orangtua bicara pada saat anak rukun

Bos Anak menguasai anak
Orangtua bekerjasama dengan anak

Bos Anak menyelesaikan hampir semua masalah anak
Orangtua melatih anak menyelesaikan masalahnya sendiri

Bos Anak sangat lihai menyalahkan saat anak bermasalah, mundur ke belakang
Orangtua rendah hati menemukan solusi bersama saat anak bermasalah, maju ke depan

Bos Anak mengatakan “lain kali jangan kayak gitu!” saat anak minta maaf
Orangtua mengatakan “Subhanallah, alhamdulillah, anak Mama Papa berlapang dada meminta maaf”

Bos Anak itu otoriter pada anak
Orangtua itu otoritatif pada anak

Bos Anak nonton tv pada saat anak belajar
Orangtua mematikan tv pada saat anak belajar

Bos Anak selalu menanyakan ‘bagaimana pelajaran kamu hari ini? Bagaimana nilaimu?’
Orangtua menanyakan ‘apa yang membuatmu tertawa hari ini di sekolah nak?’

Bos anak menceramahi anak ‘mama papa bilang apa, kamu sih banyak main, nilaimu jadi jelek begini, prestasimu turun!’
Orangtua bicara dengan anak ‘mama papa yakin kamu kecewa dan sedih dengan nilai belajarmu. Adakah yang bisa mama papa bantu agar nilaimu jadi lebih baik?’

Bos anak mengusir anak saat pulang kerja ‘sana jangan dekat-dekat, kamu tau mama papa kan cape!’
Orangtua merengkuh anak saat pulang kerja ‘sini anak-anakku. Siapa dulu yang mau bercerita?’

Minggu, 17 Januari 2010

Yuk, Mendidik Anak dengan Benar!

Wahai Orangtua, tanggung jawab pendidikan akhlak anak itu ada pada Anda, bukan pada sekolah. Ibnul Qayyim berkata: "Pada hari kiamat Allah Swt bertanya kepada orangtua perihal anaknya sebelum sang anak bertanya perihal orangtuanya. Barangsiapa tidak mengajari anaknya dengan sesuatu yang bermanfaat, atau... bahkan membiarkan anak tanpa pendidikan, berarti ia telah benar-benar merusak anaknya."

Kamis, 14 Januari 2010

Tips Agar Anak Balita Mandiri


Anak belajar dengan menirukan kepribadian dan pola kehidupan dari orangtuanya. Apa yang dilakukan orangtua akan ditiru oleh anak. Jika orangtua sering minta tolong dan menyuruh pembantu dengan "se-enaknya" saja, jangan terlalu berharap anak dapat hidup mandiri. Hidup mandiri pada anak tentu dimulai dengan kedewasaan dan kemandirian orang tua. Karena tidak terasa kita sebagai orang tua tingkah laku kita tidak kalahnya seperti seorang anak balita, yang segala keinginan harus terbeli dan didapatkan, ego kita mengalahkan ego seorang bayi yang menggenggam dot atau mainannya, sehingga saat dipinjam akan teriak dan menangis tak henti-henti:

Berikut ini beberapa tips untuk mengajarkan agar anak hidup mandiri:

  • Latihlah anak balita dengan hal-hal sederhana sejak dini, misalnya, memasukkan mainan ke kotak mainan yang disediakan atau memasukkan baju kotor ke tempatnya.

  • Jadilah "raw model" kemandirian bagi anak. Jika orang tua mandiri , anak akan meniru orang tuanya. jika orang tuanya mengerjakan sendiri terhadap pekerjaannya, maka anak pun akan berusaha demikian.

  • Melatih anak tak bisa sekali jadi. Jangan putus asa, meski hasil pekerjaan anak tak langsung sempurna. diperlukan motivasi yang tinggi dan keistiqomahan dalam mengajarkan berbagai hal terhadap anak, termasuk kemandirian.

  • coba beri pengertian pada anak dengan komunikasi sederhana yang dimengertinya. Contoh: Jika anak terbiasa selalu merengek nangis jika ayah berangkat kerja karena ingin ikut coba ajak bicara dengan bahasa sederhana yang dimengertinya. Dan selalu pamit padanya walau dia menangis, jadi jangan pergi diam-diam tanpa sepengetahuan anak. proses menangisnya itu akan menjadikannya lebih matang dan mandiri dalam berpikir! bahkan ada artikel yang mengulas "Dengan Menangis Anakku Belajar"
  • Seiring dengan bertambahnya usia anak, beri tantangan tugas yang lebih rumit. Ini akan mencegah kebosanan sekaligus meningkatkan keragaman keterampilan anak.

  • Berikan instruksi kepada pembantu rumah tangga soal tugas-tugas yang harus dikerjakan sendiri oleh anak-anak.

  • Jika perbedaan usia anak-anak tak terlalu besar, biarkan mereka bernegosiasi dan bertukar tugas dengan saudara mereka.

  • Buat kesepakatan dengan anak soal tugas yang harus dilakukan sendiri dan tetapkan juga konsekuensi jika tidak dilakukan.

  • Jangan lupa memuji jika anak-anak mampu melakukan tugas-tugas di rumah secara mandiri.

Jumat, 08 Januari 2010

4 Harga yang Mahal


hari ini suami mengikuti ceramah jumat! dan materi jumatnya begitu menggetarkan hati.
mengenai 4 harga yang sering takternilai bahkan terlupakan orang, pada hal 4 nilai itu sangat berharga sekali

1. harga atau nilai muda
harga atau nilai ini hanya bisa diingat oleh mereka yang sudah pensiun, mereka yang sudah udzur alias tua dan renta, mereka sekarang tinggal mengatakan andai aku masih muda... aku pasti...ini dan itu...

2. harganya sehat
sehat itu selalu dilupakan dan harganya sangat dipahami oleh mereka yang sakit,
sehat itu nilainya bisa dimengerti oleh mereka yang badannya sedang gemetaran atau kedinginan karena sakit. kita sering tidak menghargai sehat ini bahkan tidak mengerti bahwa ini adalah nikmat Allah yang besar, nikmat kesempatan untuk kita dapat bertindak sesuatu lebih baik.

3. harganya selamat
selamat itu hrganya hanya dapat dinilai oleh mereka yang telah mendapat bencana. saudara kita di Padang yang telah kena bencana musibah, kehilangan harta benda rumah roboh bahkan ada yang kehilangan sanak family, mereka ini tentu dapat mengerti benar betapa beruntungnya kita yang berada di jawa, madura, nusa tenggara, dll. mereka dapat memahami betapa mahal nilai selamat ini. harga nilai selamat hanya dimengerti dan diketahui oleh orang yang terkena musibah.

4. harga/nilai hidup
apabila nilai sehat yang mengerti adalah mereka yang sakit,
apabila nilai muda yang paham adalah mereka yang tua,
apabila nilai selamat yang tahu adalah mereka yang terkena bencana,
maka nilai hidup juga demikian yang memahami, mengerti dan mengetahui adalah mereka yang mati. mereka yang mati tahu betul bahwa hidup ini sangat bernilai tinggi, kesempatan peluang yang tidak ada taranya untuk berbuat kebajikan dan kebajikan. bahkan dalam Al-Qur'an dikatan karena saking (red: terlalu) menyesal dan terlalu mengerti harga sebuah kehidupan maka mereka minta di hidupkan kembali didunia untuk menebus kesalahannya dan untuk dapat berbuat takwa dan melakukan amal yang dapat menjadi bekal kelak.
setiap insan pasti akan pergi menemui Allah melalui ajalnya. hanya saja apakah cukup bekal kita untuk dapat di pertanggung jawabkan di depannya? itu yang jadi pertanyaan besar bagi kita ? mari kita renungkan!


Wow! sebuah ceramah jum'at yang singkat tetapi cukup menggetarkan dan menampar kita, terutama bagi kita yang sudah tua, atau yang baru sembuh dari sakit sehingga tau benar nilai atau harganya sehat! waktu dan kesempatan itu adalah anugerah, semoga kita tidak menyia-nyiakannya! amin